konsultasi kesehatan

Date: 09/01/2012

By: voa-islam.com

Subject: Mengapa Syi'ah Berusaha Menghilangkan Figur Abdullah bin Saba'?

LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) yang dipimpin H. Amin Jamaludin menyusun sebuah buku berjudul “Mengapa Kita Menolak Syi’ah.” Buku ini berisi tentang kumpulan makalah yang menyoroti kesesatan Syi’ah yang disampaikan di Aula Masjid Istiqlal tahun 1997, di antara para tokoh Islam yang menyampaikan makalah tersebut adalah Drs. K.H. Moh. Dawam Anwar, K.H. Irfan Zidniy, M.A, K.H. Thohir Al Kaff, Drs. Nabhan Husein, K.H. Abdul Latief Muchtar, M.A, DR. M. Hidayat Nur Wahid dan Syu’bah Asa.

Buku yang diberi pengantar oleh K.H. Hasan Basri sebagai ketua umum MUI pada waktu itu merupakan sebuah bukti bahwa kesesatan Syi’ah telah menjadi perhatian para cendekiawan muslim sejak lama. Selain ketua umum MUI, tokoh-tokoh dari berbagai ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, DDII dan yang lainnya ikut memberikan pengantar dalam buku tersebut.

Buku ini seharusnya menjadi salah satu rujukan bagi kaum muslimin dan para ulama yang memiliki peran penting di tengah umat Islam, agar kita tak berselisih lagi mengenai kesesatan Syi’ah dan membendung agresifitas penyebarannya di berbagai daerah.

Salah satu tulisan atau makalah menarik yang disajikan dalam buku tersebut adalah makalah berjudul “Siapa Abdullah bin Saba’” yang menjelaskan sosok Abdullah bin Saba’ sekaligus mengungkap mengapa Syi’ah berusaha menghapus figur Abdullah bin Saba’ dari panggung sejarah. Berikut ini adalah kutipan lengkapnya.

Ada sebuah buku yang berjudul “Abdullah bin Saba’ Benih Perpecahan Ummat” yang ditulis oleh M. Hashem dan diterbitkan oleh YAPI, Bandar Lampung.

Buku tersebut telah beredar dan laku keras, pada dasarnya sesungguhnyalah isi buku tersebut merupakan saduran dari buku yang berjudul “Abdullah bin Saba’” yang ditulis oleh Murtadha Al Askari, seorang imam Syi’ah yang bermukim di Irak.

Siapakah Abdullah bin Saba’?

Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi berasal dari Shan’a, Yaman yang datang ke Madinah kemudian berpura-pura setia kepada Islam pada masa Khilafah Utsman bin Affan R.A. padahal dialah yang sesungguhnya mempelopori kudeta berdarah dan melakukan pembunuhan kepada khalifah Utsman bin Affan, dialah juga pencetus aliran Syi’ah yang kemudian mengkultuskan Ali bin Abi Thalib R.A.

Di antara isu-isu yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba’ untuk memecah belah Umat Islam pada saat itu antara lain:
Bahwa Ali bin Abi Thalib R.A telah menerima wasiat sebagai pengganti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (An Naubakhti , firaq As Syi’ah, hal. 44)
Bahwa Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan R.A. adalah orang-orang zhalim, karena telah merampas hak khilafah Ali R.A. setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umat Islam saat itu yang membai’at ketiga khilafah tersebut dinyatakan kafir. (An Naubakhti, op cit, hal. 44)
Bahwa Ali bin Abi Thalib adalah pencipta semua mahluk dan pemberi rezeki. (Ibnu Badran, Tahdzib al Tarikh al Dimasyq, Juz VII, hal. 430)
Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan kembali lagi ke dunia sebelum hari kiamat, sebagaimana kepercayaan akan kembalinya Nabi Isa A.S. (Ibnu Badran, op cit, juz VIII, hal. 428)
Bahwa Ali R.A. tidak mati, melainkan tetap hidup di angkasa. Petir adalah suaranya ketika marah dan kilat adalah cemetinya. (Abd. Al Thahir Ibnu Muhammad Al Baghdadi, Al Firaq Baina Al Firaq, hal. 234)
Bahwa ruh Al Quds berinkarnasi ke dalam diri para Imam Syi’ah . (Al Bad’u wa Al Tarikh, juz V, hal. 129, th 1996)
Dan lain-lain

Dapat ditambahkan pula bahwa Abu Muhammad al Hasan Ibnu Musa An Naubakhti , seorang ulama Syi’ah yang terkemuka , di dalam bukunya “Firaq As Syi’ah” hal. 41-42 mengatakan bahwa Ali R.A. pernah hendak membunuh Abdullah bin Saba’ karena fitnah dan kebohongan yang disebarkan, yakni menganggap Ali sebagai tuhan dan mengaku dirinya sebagai Nabi, akan tetapi tidak jadi karena tidak ada yang setuju. Lalu sebagai gantinya Abdullah bin Saba’ dibuang ke Mada’in, ibu kota Iran di masa itu.

Apa Persoalannya?

M. Hashem di dalam bukunya tersebut mencoba untuk menghilangkan figur Abdullah bin Saba’ dari panggung sejarah, alasannya:
Seluruh berita tentang Abdullah bin Saba’ yang ditulis dalam buku-buku sejarah baik oleh Ibnu Katsir, Ibnu Atsi, Ahmad Amin, Nicholson, Wehausen maupun yang lainnya, mengutip dari buku sejarah tulisan Ath Thabari.
Sedangkan Ath Thabari memperoleh berita tentang Abdullah bin Saba’ melalui jalur Saif bin Umar At Tamimi.
Padahal Saif bin Umar At Tamimi dikenal sebagai perawi yang lemah, suka berdusta dan tidak bisa dipercaya. Demikian menurut ahli-ahli hadits seperti Ibnu Hajar, Ibnu Hibban, Al Hakim, nasa’i dan lain-lain.

Oleh karena itu kata M. Hasem berita tentang Abdullah bin Saba’ yang ditulis dalam buku sejarah dengan mengambil sumber buku Ath Thabari tak dapat dipercaya, karena dalam setiap jalur riwayat (sanad) yang diambil oleh Ath Thabari terdapat Saif bin Umar At Tamimi. Begitu kata M. Hashem (lihat skema hal. 81). Hanya dengan alasan itu saja M. Hashem menyimpulkan bahwa yang disebut Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif yang tidak pernah ada.

Buku tersebut ternyata ada juga pengaruhnya di kalangan intelektual (yang tidak berpendirian) seperti mendiang Nurcholis Majid (Tempo, 19 Desember 1987, hal. 102) atau yang serupa dengannya dan mereka yang tidak mempunyai pengetahuan tentang sejarah Islam.

Sebenarnya yang mengatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif, sudah agak lama juga muncul. Pendapat tersebut dipelopori oleh orientalis dan dikembangkan oleh Murtadah Al Askari, seorang tokoh Syi’ah pertengahan abad XX yang berasal dari Iraq.

Kemudian diikuti oleh; Dr. Kamal Asy-Syibi, Dr. Ali Al-Wardi (keduanya murid orientalis dari Iraq). Dr. Thaha Husein, Dr. Muhammad Kamil Husein, Thalib Al Husein, Al Rifa’i (murid-murid orientalis dari mesir), Muhammad Jawad Al mughniyah, Dr. Abdullah Fayyah (murid-murid orientalis dari Libanon).

Bagaimana Sebenarnya?

Saif bin Umar At Tamimi memang dinyatakan lemah dan tidak dapat dipercaya oleh ulama hadits, tapi dalam masalah yang ada hubungannya dengan hokum Syari’ah, bukan dalam bidang sejarah.

Berita tentang adanya Abdullah bin Saba’ tidak hanya melalui jalur Saif bin Umar At Tamimi saja. Malah Abu Amr Muhammad ibnu Umar Al izz Al Kasyi (imam hadits dari kalangan Syi’ah sendiri) meriwayatkan Abdullah bin Saba’ melalui 7 jalur, tanpa melalui Saif bin Umar At tamimi yang dianggap lemah itu. Yaitu dari:
Dari Muhammad ibnu Kuluwaihi Al Qummy dari Sa’ad ibnu Abdullah ibnu Abi Khalaf, dari Abdurrahman ibnu Sinan, dari Abdu Ja’far A.S. (Rijal Al Kasyi, hal. 107).
Dari Muhammad ibnu Kuluwaihi, dari Sa’ad ibnu Abdillah dari Ya’qub ibnu Yazid dan Muhammad ibnu Isa, dari Abu Umair, dari Hisyam Ibnu Salim dari Abu Abdillah A.S. (Rijal Al Kasyi, hal. 107).
Dari Muhammad ibnu Kuluwaihi, dari Sa’ad ibnu Abdillah dari Ya’qub ibnu Yazid dan Muhammad ibnu Isa dari Ali ibnu Mahzibad, dari Fudhallah ibnu Ayyud Al Azdi, dari Aban ibnu Utsman dari Abu Abdillah A.S. (Rijal Al Kasyi, hal. 107).
Dari Ya’qub ibnu Yazid, dari Ibnu Abi Umair dan Ahmad ibnu Muhammad ibnu Isa dari Ayahnya dan Husein Ibnu Sa’id, dari Ibnu Abi Umair, dari Hisyam ibnu Salim, dari Abu Hamzah Ats Tsumali, dari Ali ibnu Husein. (Rijal Al Kasyi, hal. 108).
Dari Sa’ad ibnu Abdillah, dari Muhammad ibnu Khalid Ath Thayalisi, dari Abdurrahman ibnu Abi Najras, dari Ibnu Sinan, dari Abu Abdillah A.S. (Rijal Al Kasyi, hal. 108).
Dari Muhammad ibnu Al Hasan, dari Muhammad Al Hasan Ash Shafadi, dari Muhammad ibnu Isa, dari Qasim ibnu Yahya, dari kakeknya Al Hasan ibnu Rasyid, dari Abi Bashir, dari Abu Abdillah A.S. (Al Shaduq, Ila Al Syara’i’I, cetakan ke II, hal. 344).
Dari Sa’ad ibnu Abdillah, dari Muhammad Isa ibnu Ubaid Al Yaqthumi, dari Al Qasim ibnu Yahya, dari kakeknya Al Hasan Ibnu Rasyid, dari Abi Bashir dan Muhammad ibnu Muslim, dari Abi Abdillah A.S. (Ash Shaduq, Al Khisal, cetakan tahun 1389 H, hal. 628).

Demikian dari kalangan Syi’ah sendiri.

Adapun dari kalangan Sunni, Al Hafiz Ibnu Hajar Al Asqalani di dalam bukunya “lisan al mizan” (jilid III, hal. 289-290, cetakan I, tahun 1330 H) meriwayatkan tentang Abdullah bin Saba’ melalui enam jalur yang juga tanpa melalui jalur Saif bin Umar At Tamimi. Yaitu:
Dari Amr ibnu Marzuq, dari Syu’bah, dari Salamah ibnu Kuhail, dari Zaid ibnu Wahab, dari Ali bin Abi Thalib R.A.
Dari Abu Ya’la Al Muslihi, dari Abu Kuraib, dari Muhammad ibnu Al Hasan Al Aswad, dari Harun ibnu Shahih, dari Al Harits ibnu Abdirrahman, dari Abu Al Jallas, dari Ali bin Abi Thalib. R.A.
Dari Abu Ishaq al Fazari ibnu Syu’bah, dari Salamah ibnu Kuhail, dari Abu Zara’i’i dari Yazid ibnu Wahab.
Dari Al Isyari dan Al Alka’i dari Ibrahim, dari Ali. R.A.
Dari Muhammad ibnu ‘Utsman Abi Syaiban, dari Muhammad ibnu Al Ala’i, dari Abu Bakar Ayyash, dari Mujalid, dari Asy Sya’bi.
Dari Abu Nu’aim, dari Ummu Musa (Yusuf Al Kandahlawai, hayatus shahabah).

Berdasarkan 13 riwayat yang tidak melalui Saif bin Umar At Tamimi ini (baik dari ulama Syi’ah maupun ulama Sunni), maka alasan mereka yang hendak menghilangkan figur Abdullah bin Saba’ dari panggung sejarah tidak dapat dipertahankan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mereka terlalu ceroboh dalam melakukan penelitian dan tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, ataukah memang mereka mempunyai maksud-maksud tertentu.

Apa Maksud Mereka?

Apa sebenarnya maksud yang terkandung pada diri mereka dalam menghilangkan figur Abdullah bin Saba’ dari panggung sejarah, dapatlah kita analisa.
Golongan Syi’ah berkeyakinan bahwa Syi’ah telah muncul semenjak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi kenyataan sejarah tidak dapat kita pungkiri bahwa Abdullah bin Saba’-lah pelopornya. Oleh karena itu dengan menghilangkan figur Abdullah bin Saba’ mereka berharap bisa diterima sebagai salah satu mazhab dalam Islam yang tidak ada kaitannya dengan Yahudi.
Mendukung gerakan tasykik untuk membingungkan umat Islam dengan cara memutar balikkan fakta sejarah, sehingga umat dialihkan dari apa yang seharusnya mereka kerjakan dan lupa akan kelicikan musuh-musuh Islam.
Menjauhkan umat Islam dari ulama dan pemimpinnya, serta menghilangkan kepercayaan kepada generasi pertama yaitu generasi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusny merupakan contoh dan panutan.
Menempatkan tokoh-tokoh Syi’ah dan apa yang disebut “pembaru” lainnya, setaraf dengan ulama salaf terdahulu.

Lebih dari itu apa pun yang mereka tuju, yang jelas pemikiran seperti itu telah dipelopori oleh kaum orientalis. Apakah mereka memang bagian dari kaki tangan orientalis, ataukah mereka korban tipu daya orientalis? Boleh jadi mereka adalah generasi baru Abdullah bin Saba’. Mari kita buktikan. (Ahmed Widad)

https://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/01/06/17302/mengapa-syiah-berusaha-menghilangkan-figur-abdullah-bin-saba/

Date: 09/01/2012

By: mohammad sariyanto

Subject: Re: Mengapa Syi'ah Berusaha Menghilangkan Figur Abdullah bin Saba'?

DUNIA MEMANG PANGGUNG SANDIWARA, ADA KOFROL VS PENJAHAT,
KEBENARAN PASTI TAMPAK KEBENARANNYA, KEBATHILAN AKAN HANCUR.....,
SEKARANG,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,SEJAUHMANA KITA MENUNTUT ILMU DALAM RANGKA ADA DI BARISAN KANJENG ROSUL SAW
JANGAN SEKALI KALI ADA DI BARISAN ABDULLAH BIN SABA'......
HIDUP INI HANYA SEKEJAB, BUMI MASIH ADA KITA SDH ADA DI PERUT BUMI,
SEMOGA HIDAYAH ALLOH SWT BAGI KITA SEMUA,
AWAS.......!!!!!! DeTIK....DeTIK RUH AKAN KELUAR DARI JASAD INI, SEMUA AKAN MENCICIPI, BAIK KOPROL APALAGI PENJAHAT PENJAHAT....... I...M...A...N....!!

Date: 04/01/2012

By: Amir

Subject: Mohon Ijin mencoba menukil tulisan panjang di halaman ini!

Habib Munzir Al Musawa menjawab tentang Syiah


Ma'af pertanyaan dari penanya tidak dicantumkan, namun bisa dimengerti dari jawaban Habib Munzir Al Musawa


Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan Rahmat Nya dan Keindahan Dzat Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
anda keliru memahami ucapan saya, Imam Husein adalah datukku dan pada tubuh ini mengalir darah Imam Husein ra.

bukan merebut tahta keduniawian sebagaimana tuduhan anda kepada saya, dan kalimat itu tak ada dalam ucapan saya diatas, cuma anda mesti berhati hati akan racun syiah yg selalu memandang dari segi yg buruk daripada segi yg baik pada sahabat Rasul saw.

dan dalam hal ini kebenaran adalah jelas di fihak Imam Husein ra, namun Yazid terpancing hasutan, yg mengatakan bahwa Imam Husein ra datang ingin merebut kekuasaannya.dan Yazid telah berbuat dhalim kepada Imam Husein ra.

namun sebagaimana saya jelaskan bahwa Rasul saw dan seluruh pembesar ahlulbait tak mengajarkan mencaci muslim.

mengenai hadits riwayat Shahih Bukhari yg anda sampaikan pd kejadian hujjatul wada, baiknya anda jangan berfatwa buta, lihat makna hadits tsb, bagaimana asbab wurudnya,

jika semua orang yg memerangi muslim adalah kafir, lalu bagaimana dengan Imam Ali kw yg juga memerangi orang muslim yaitu Ummulmukminin Aisyah ra dan sahabat lainnya?,
maka dengan penyampaian anda ini anda telah mengkafirkan imam Ali kw dan pengikutnya saat saling bunuh di perang Jamal?

silahkan laknat Imam Ali kw karena beliau juga memimpin perang melawan Istri Rasulullah saw.

tentunya ini pendapat hawa nafsu, cukupkanlah dari mencaci orang muslim, lihat ucapan ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
“ Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan : “Yaa Allah tahanlah pertumpahan darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka” (Nahjul Balaghah – 323)

Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam Ali kw?

satu pertanyaan saya yg menjawab semua pernyataan anda, adakah Imam Ali kw mencaci Muawiyah ra, adakah Imam Husein ?, atau Imam Hasan?, atau Imam Ali Zainal Abidin ra mencaci orang yg membunuh ayahandanya?, adakah Imam Muhammad Al Baqir?, atau Imam Jakfar Asshadiq.?,

lalu siapa yg anda ikuti?, bukankah kalian mengaku mencintai Ahlulbait?

kami ahlussunnah waljamaah mengikuti ajaran Imam Imam ahlulbait, kalian mengikuti siapa?, atau kalian merasa lebih benar dan lebih tahu islam dari Imam Ali kw?, atau lebih benar dari Imam Imam Ahlulbait?

Demikian saudaraku yg kumuliakan, cobalah berfikir dengan Iman, tidak usah berfatwa dengan hawa nafsu, cukup ikuti perbuatan Imam Ali kw, ikuti perbuatan Imam Imam Ahlulbait, bagaimana sujud mereka, akhlak mereka pada teman dan musuh, inilah pengikut ahlulbait.

semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam

Date: 04/01/2012

By: Amir

Subject: Kelanjutan Mohon Ijin mencoba menukil tulisan panjang di halaman ini!

Habib Munzir Al Musawa menjawab tentang Syiah
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Kesejukan Rahmat Nya dan Keindahan Dzat Nya swt semoga selalu menaungi hari hari anda dg kebahagiaan,

Saudaraku yg kumuliakan,
ada hal yg perlu diklarifikasi dalam sejarah,

pembunuhan atas Imam Husein ra bukan oleh Muawiyah, tapi oleh Yazid bin Muawiyah.

tidak terjadi perampasan putri putri keturunan Imam Ali kw.

mengenai kejadian ini adalah cobaan yg demikian dahsyat, dan Muawiyah ra ini dihasud oleh musuh musuh islam dari kaum munafikin bahwa Ali bin Abi Thalib kw membiarkan berkeliarannya pembunuh Khalifah Utsman ra, Muawiyyah ra termakan hasutan, sebagaimana beberapa sahabat lainnya, namun Muawiyyah dikabarkan Taraju' dan berwasiat kepada putranya Yazid untuk mengembalikan kepemimpinan Khalifah kepada putra putra Imam Ali kw.

Muawiyah ra wafat dalam tobat dan islam dan Iman, hal ini diakui oleh Jumhur Imam Imam Ahlulbait dan Imam Imam Ahlussunnah waljamaah diluar ahlulbait.

mengenai Yazid bin Muawiyah memang merupakan penguasa dhalim, namun iapun termakan hasutan kaum munafikin yg mengatakan bahwa Imam Husein ra datang membawa pasukan untuk merebut kekuasaan, dan memang tampaknya secara dhahihrnya memang demikian,
karena Imam Husein ra memang diundang oleh kaum khawarij untuk di Bai'at sebagai Khalifah, maka Imam Husein ra pun terpancing untuk menerima undangan kaum khawarij, lalu kabar sampai pada Yazid dan ia mengeluarkan pasukannya untuk menghabisi Imam Husein ra yg disangka akan memberontak dan merebut khilafah,

maka pembantaian terjadi, kita tidak menyangkal bahwa perbuatan itu adalah kedhaliman yg nyata.

namun kita tetap berjalan dg syariah dan Iman, apa yg diperbuat oleh Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husein ra?, apakah ia mencaci Yazid dan Muawiyah?

apa yg diperbuat Imam Jakfar Asshadiq ra, apakah ia mencaci mereka?,

munculkan satu dalil yg memperbolehkan mencaci muslimin?, sedangkan Rasul saw telah jelas jelas melarang kita mencaci orang yg telah mati, sebagaimana sabda Rasul saw : "Janganlah kau caci orang yg telah mati, karena mereka telah berlalu kepada Allah" (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).

apa urusan kita ikut ikut urusan yg telah terjadi 14 abad yg silam dg ikut ikut mencaci?, sebenarnya hal seperti ini mesti diadili, bukan dicaci, karena caci maki tidak membawa manfaat, bahkan akan membuat dosa dosa orang yg dicaci itu terhapus.

namun untuk diadili maka sudah terlambat karena ia telah wafat, biarlah pengadilan Allah swt yg Maha Adil yg akan mengadili dg seadil adilnya, apakah kita merasa lebih berhak dari Allah swt untuk mengadili hamba hamba Nya?,

kita berpanut pada Imam Imam kita dari golongan Ahlulbait dan bukan Ahlul bait yg tidak mencaci Muawiyah dan Yazid, mereka para Imam Imam kita berpanut pada Rasulullah saw, dan Rasul saw sudah tahu bahwa cucunya akan dibantai begitu rupa, namun beliau saw tak mencaci mereka.

singkatnya saudaraku, jika kita mengakui cinta pada ahlulbait dan berada di fihak ahlulbait, maka ikutilah ajaran imam imam ahlulbait, bagaimana budi pekerti mereka terhadap musuh, bagaimana sucinya jiwa mereka dari mencaci, bagaimana indahnya akhlak mereka pada semua makhluk Allah swt, mereka mewarisinya dari Rasulullah saw,

jika kita mencaci maki, maka siapa yg kita ikuti?, kita hanya mengikuti hawa nafsu saja, dan justru hal ini membuat kita terlempar dari kelompok Imam Imam Ahlulbait karena kita berkhianat pada mereka dan keluar dari bimbingan mereka dan mengatasnamakan hal ini sebagai ajaran ahlul bait.

maka saudaraku hindarilah caci maki.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga sukses dg segala cita cita, semoga dalam kebahagiaan selalu,

Wallahu a'lam
Sumber: majelisrasulullah.org

Date: 05/01/2012

By: Mohammad sariyanto

Subject: Re: Kelanjutan Mohon Ijin mencoba menukil tulisan panjang di halaman ini!

setiap ada kebathilan/ BATHIL PASANGANNYA YG HAQ
Malam dg siang
POSITIF NEGATIF, Jika hanya ada POSITIF tdk ada sinar, MAKA perlu adanya NEGATIF, AL HAQ ALLOH SWT BERFIRMAN:

وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ

Date: 05/01/2012

By: Amir

Subject: Re: Re: Kelanjutan Mohon Ijin mencoba menukil tulisan panjang di halaman ini!

Setuju, Ustaz!

Date: 09/01/2012

By: Mohammad sariyanto

Subject: Re: Mohon Ijin mencoba menukil tulisan panjang di halaman ini!

INI PERLUNYA SANG GURU KITA SPERTI HABIB MUNDZIR ALMUSAWA,
ILMU TIDAK DI DALAM KERTAS TAPI............................
DI DALAM SETIAP GUR.....

اَلْعِلْمُ فِى الصُّدُوْرِ وَ لاَ فِى السُّطُوْرِ

Date: 31/12/2011

By: Amir

Subject: Malem Taon Anyar

Ojan Aoleng ................... :p

Date: 01/01/2012

By: mohammad sariyanto

Subject: Re: Malem Taon Anyar

OJAN KABBI, A O Le 'n ggg

Date: 24/12/2011

By: Inonk

Subject: Aoleng

Gmna cra mngatasi aoleng
hhh

1 | 2 | 3 >>

New comment