FIQIH 8

03/12/2011 15:01

خُضُوْرُالنِّسَاءِ الْجُمْعَةَ
Hadirnya wanita ke sholat jum’at

قَدْ عَرَفْتَ أَنَّ الذْكُوْرَةَ شَرْطٌ فِيْ وَجَبَ الْجُمْْعَةِ ،فَلَاَ تَجِبُ عَلَى الْمَرْأَةِ ،وَلَكِنْ تَصِحُّ مِنْهَااِذَا صَلَّتْهَا بَدَلَ الظُّهْرِ ،وَهَلِْ اَلأَفْضَلُ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تُصَلِّيَ الْجُمْعَةَ ،أَوْ تُصّلِّيَ فِيْ بَيْتِهَا؟فِيْ ذَلِكَ تَفْصِيْلُ الْمَذَاهِبْ ،فَنْظُرْهُ تَحْتَ الْخَطِّ (1)أَمَّا غَيْرُ الْمَرْأةِ مِمَّنَ تَجِبُ عَلَيْهِمُ الْجُمْعَةُ ،كَاْلعَبْدِ،فَاِنَّهُ يُسْتَحَبُّ لَهُ حُضُوْرُ الْجُمْعَةِ0
Tahukah kamu sesungguhnya pekerjaan laki-laki itu disyaratkan diwajibkan sholat jum’at, tidak wajib bagi wanita, dan akan tetapi shoh/sah dari sholatnya wanitatidak wajib bagi wanita, dan akan tetapi shoh/sah dari sholatnya wanita jika wanita tersebut sholat jum’at pengganti sholat dhuhur. Apakah lebih afdhol bagi wanita itu supaya sholat jum’at?atau wanita itu sholat dhuhur di rumahnya(wanita?  Pertanyaan itu diperinci di empat mazhab.perhatikan di bawah garis(1)
(1)اَلْحَنِيْفَةُ قَالُوْا :أَلاَْفْضَلُ اَنْ تُصَلِّىَ اَلْمَرْأَةُ فِيْ بَيْتِهَاظُهْرًا،سَوَأٌكَانَتْ عَجُوْزًاأَوْشَابَّةً ،لأَِنَّ الْجَمَاعَةَ لَمْ تُشْرَعْ فِيْ حَقِّهَا0
(1) kalangan ‘ulama’ Hanafiyah mengatakan: lebih afdhol/utama wanita sholat dhuhur di rumanya, baik orang sudah (wanita)tua maupun muda, karena sesungguhnya sholat berjamaah bagi haqnya wanita tidak disyari’atkan/tidak diperintahkan.
(2)اَلْمَالِكِيَّةُ قَالُوْا :اِنْ كَانَتِْ الْمَرْأَةُ عَجُوْزًااِنْقَطَعَ مِنْهَاأَرُبُ الرَّجُلِ جَازَلَهَااَنْتَحْضُرَ الُْجُمْعَةَ،وَاِلاَّ كُرِهَ لَهَا ذَلِكَ ،فَاِنْ كَانَتْ شَابَّةً وَخِيْفَمِنْ حُضُوْرِهَا اَلْاِتِتَانُ بِهَافِيْ طَرِيْقِهَاأَوْ فِيْ الْمَسْجِِد،فَاِنَّهُ يَحْرُمُ عَلَيْهَاالْحُضُوْرُ دَفْعًالِلْفَسَادِ0
 (2) kalangan ‘ulama’ Malikiyah mengatakan: jika ada wanita tua yang tidak membuat tertarik bagi laki-laki maka boleh bagi wanita tua tersebut untuk sholat jum’at, namun wanita tua yang hadir ke sholat jum’at membuat laki-laki tertarik(terpikat) maka dimakruhkan. Jika ada wanita muda dikhawatirkan jadi fitnah diperjalanannya atau di masjid hadir ke sholat jum’at masih tetap hadir maka pekerjaan tersebut Harom, karena untuk menolak dari kerusakan.
 (3)اَلشَّافِعِيَّةُ قَالُوْا:يُكْرَهُ لِلْمَرْأَةِ حُضُوْرُالَْجَمَاعَةِ مُطْلَقًا فِيْ الُْجُمْعَةِ وَغَيْرِهَااِنْ كَانَتْ مُشْتَهَاةً،وَلَوْ كَانَتْ فِيْ ثِيَابِ رِثَّةٍ،وِمِثْلُهَاغَيْرُ الْمُشْتَهَاةِ اِنْ كَانَتْ تَزَيَّنَتْ اَوْ تَطَيَّبَتْ، فَاِنْ كَانَتْ عَجُوْزًاوَخَرَجَتْ فِيْ اَثْوَبِ رِثَّةٍ ،وَلَمْ تَضَعْ عَلَيْهَا رَائِحَةً عَطْرِيَّةً ،وَلَمْ يَكُنْ لِلرِّجَالِ  فِيْهَا غَرَضٌ ،فَاِنَّهُ يَصِحُّ لَهَا أَنْ تَحْضُرَ الْجُمْعَةَ بِدُوْنِ كَرَاهَةٍ عَلَى اَنَّ كُلَّ ذَلِكَ شُرُوْطٌ:اَلْأَوَّلُ:أَنْ يَّأْذَنَ لَهَاوَلِيُّهَابِالْحُضُوْرِ،سَوَأٌ كَانَتْ شَابَّةً أَوْعَجُوْزًا،فَاِنْ لَمْ يُؤَذِّنْ حَرُمَ عَلَيْهَا؛اَلثَّانِيْ :أَنْ لاَّ يَخْشىَ مِنْ ذَهَابِهَالِلَْجَمَاعَةِ اِفْتِتَانُ اَحَدٍبِهَا
(3) kalangan ‘ulama’ Syafi’iyah mengatakan:  dimakruhkan dengan mutlak bagi wanita hadir berjamaah sholat jum’at dan selainnya sholat jum’at, jika ada wanita itu yang disenangi.walaupun wanita tersebut berpakaian jelek, sama saja dengan wanita yang tidak disenangi tapi bersolek atau harum-haruman, jika walaupun ada wanita tua(tersebut) dan keluar berpakaian jelek dan wanita tua (tersebut) tidak memakai wewangian, serta wanita tua (tersebut) tidak ada laki-laki yang dimaksud. Maka perkerjaan tersebut shoh supaya wanita hadir (sholat jum’at &selain sholat jum’a) tanpa kemakruhan dengan dua(2)syarat:1). Ada izin dari walinya untuk hadir (sholat jum’a &seain sholat jum’a) baik wanita muda maupun tua, jika tidak ada izin diharomkan.2).(shoh)tidak dikhawatirkan dalam perjalannya menuju (sholat jum’at &selain sholat jum’at) wanita (tua &muda), tapi jika khawatir diharomkan.
(4)اَلْحَنَابِلَةُ قَالُوْا :يُبَاحُ لِلْمَرْأَةِ أَنْتَحْضُرَ صَلَاةَ الْجُمْعَةِ ،بِشَرْطِ اَنْ تَكُوْنَ غَيْرَ حَسَنَأَ،أَمَّااِنْ كَانَتْ حَسَنَأَ،فَاِنَّهُ يُكْرَهُ لَهَاالُْضُوْرُمُطْلَقًا0
(4) kalangan ‘ulama’ Hanbali mengatakan:  di bolehkan bagi wanita untuk ke sholat jum’at, dengan syarat wanita tersebut tidak cantik alami/mempercantik diri, niscaya jika cantik alami /mempercantik diri maka sesungguhnya yang demikian dimakruhkan dengan mutlak.
Kesimpulan:
    -semua iman melarang, dan larangan tersebut bervariasi, ada yang harom, makruh.
    -sekalipun yang membolehkan masih dengan syarat, jika syarat tidak dipenuhi maka kembali ke hukum semula, yaitu: harom, makruh.
    - jelas semua imam yang empat tidak ada yang menyatakan sunnah

Para imam di dasarkan pada hadist, hal tentang melarangnya banyak sekali, namun perajut tinta ini satu hadist saja, perhatikan hadist dibawah ini:

أَللّهُمَّ اِنِّىْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرٍ مَاسَأَ لَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَااسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَعَلَيْكَ الْبَلَاغُ  وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ